Setiap Detik Yang Berharga
Beatrix Eka Saputri
Tepat pukul 18.00 Lonceng
gereja berbunyi untuk ketiga kalinya. Akupun bergegas masuk kedalam gereja
untuk mengikuti Jumat Pertama, akupun bersiap untuk mengikuti Misa. “Aku selalu
saja terlambat” ucapku dalam hati sambil nafas terengah-engah. Akupun
mengikuti Misa dengan penuh hikmat dan penuh keyakinan.
Tata perayaan Ekaristi
selanjutnya persembahan, ketika aku akan menjalankan persembahan aku melihat
sosok laki-laki yang asing yang belum pernah kulihat. Aku menatapnya seperti
orang bodoh.
“siapa namanya??” ucapku perlahan.
Setelah persembahan selesai pikiranku kacau entah pergi kemana. Aku
mulai memandangi setiap detik tanpa ia ketahui. Kebetulan aku duduk dengan
Feybe, teman rumahku. “Kamu kenapa dari tadi senyum-senyum sendiri kearah lelaki itu, apakah
dia temanmu?” bisik Feybe.
Jawabku
“hah?! Nggak. Aku saja nggak kenal dia, bagaimana bisa jadi temanku? *sambil
tersenyum kecil*.
Satu
setengah jam berlalu dengan begitu cepat, dan akupun masih memandanginya.
Sebelum pulang aku berdoa, doaku “Tuhan terima kasih karena masih memperkenan aku
mengikuti misa ini. Tuhan. Laki-laki yang kulihat tadi, dia begitu menarik
untuk kupandangi. Siapa namanya, Engkau pasti tahu. Tuhan, Engkau selalu tahu
yang kumaksud. Demi Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus Amin”.
“Kok
lama berdoanya beat? Hmm. Tumben?! Tanya Feybe. “
“Hahaha nggak juga tuh” jawabku. Kami
berduapun pulang dengan menggunakan mikrolet.
Sesampainya
dirumah, ibu langsung menyuruhku makan .
“pi makang jo
cepat, tinggal ngana yang blum makang” kata Ibuku *dalam bahasa Manado* yang
artinya “cepat makan sana, soalnya tinggal kamu yang belum makan.” “Iya Bu, nanti setelah ganti baju.” Jawabku singkat.
Setelah makan malam seperti biasa, seorang anak remaja tidak bisa lepas
dengan namanya handphone atau yang kita kenal dengan sebutan hp. Begitulah
kebiasaanku smssan dengan teman-temanku sampai jari-jemariku keram. Saat aku
melihat pojok rumahku dekat pintu Jam menunjukkan pukul 21.30 aku segera
mengatur buku untuk mata pelajaran hari sabtu. Dan jadwal hari sabtu salah
satunya adalah Biologi. Wow, mendengar kata Biologi pasti teman- teman
sekelasku akan merasa takut. Ternyata Biologi besok ada pekerjaan rumah yang
dikenal dengan istilah Pr. Dan seperti biasa aku belum membuatnya, dengan rasa
ngantuk yang mulai menemani terpaksa aku harus membuatnya supaya bisa terhindar
dari sasaran cubitan kejam sang guru. Selesai membuat tugas aku langsung ke
kamar, sebelum tidur aku pasti mendengar lagu. Istilah remaja yang kita kenal
mendengar lagu Galau. Satu per satu lagu telah ku dengar, hingga akhirnya aku
tak mendengar apapun. Aku tertidur.
Pagi hari datang begitu
cepat, tepat pukul 06.00 aku harus bangun. Keadaan yang selalu memaksaku untuk
bangun pagi. Walaupun jam masuk sekolah pukul 12.15 aku tetap harus bangun pagi
untuk membantu membersihkan rumah ditemani perasaan jengkel. “selalu saja seperti ini.”
Kataku dalam hati *sambil menguap*.
Memang hanya sedikit yang aku kerjakan, namun rasa malas yang begitu
besar membuatku ingin tidur kembali,
tapi sudahlah kukerjakan saja semuanya. Setelah selesai melakukan sebagian
kecil membersihkan rumah, waktu itu jam menunjukkan pukul 08.50, lima menit
kemudian aku langsung mandi karena hari sabtu ada kegiatan PASCH (kegiatan
tambahan belajar bahasa Jerman) dan kebetulan aku mengambil Bahasa Asing
Pilihan Bahasa Jerman, jadi aku ingin mengikuti kegiatan Pasch supaya bisa
menambah wawasan mengenai hal-hal yang berbau Jerman. “Siapa
sih yang nggak tahu Jerman??.” Ujarku dalam hati.
Setelah selesai mandi dan
mengganti seragam putih abu-abu, aku makan pagi untuk kondisi badan supaya
tetap konsentrasi saat belajar nanti karena khusus kelas X sekolah siang dan
itu membuat aku merasa ngantuk saat jam pelajaran berlangsung.
“Guten
Morgen” salamku saat masuk ke kelas
Pasch *selamat pagi dalam bahasa Jerman* “Guten Morgen Beatrix” salah
satu frau (frau=guru) membalas salamku *sambil tersenyum lebar*. Akupun
mencari tempat duduk senyaman mungkin supaya saat belajar aku dapat mengikuti
dengan baik pembelajaran tersebut. Tepat pukul 10.00 kami memulai kelas Pasch.
Dan frau yang akan memberikan materi adalah frau Pingkan.
“baiklah
materi hari ini mengenai Essen und Trinken” dalam bahasa Indonesia Essen und
Trinken = makanan dan minuman. Saat pembelajaran berlangsung, kami yang
mengikuti kelas Pasch sangat enjoy dan tidak terlalu tegang. Pada saat belajar
ada Tanya-jawab antara siswa dan guru, ada juga games, tapi ada waktunya untuk
belajar dengan serius ada waktunya juga bercanda, kita sebagai siswa harus bisa
membedakan kedua hal tersebut dengan cermat.
“Beat,,,
beat,,,” panggil Kezia.
*sambil menengok kearah
Kezia* “yaa… ada apa??” jawabku dengan muka binggung. “pinjam polpen dong …”
Kezia belum selesai berbicara, aku langsung memotong pembicaraanya. “Haahh ??! kelas bahasa Jerman akan segera
selesai, tapi kamu baru mau meminjam polpen sekarang… astaagaa… jadi, dari tadi
kamu nggak mencatat??!” *tanyaku dengan nada tinggi* “hah?? Jaga dong mulut kamu, polpen aku tuh
habis tinta” *jawab Kezia lebih keras, padahal jarak tempat duduk kami sangat
dekat*. “Maaf deeh” *sambil menjulurkan lidah* “niih polpennya” *sambil
memberikan polpen*. Namun, pada saat polpen tersebut dipeggang Kezia, bel tanda
masuk kelas sudah berbunyi.
“Hahahahaha” *akupun
tertawa terbahak-bahak*. “hei, Kezia, balikkin aja polpenku.” “Dasaarr kamu, nggak ikhlas
ngasih minjem polpen ke aku. Huh.” *jawab Kezia sambil tersenyum paksa
kearahku*.
*kelas* Jam pelajaran
1,2,3,4,5 berjalan dengan sangat cepat. Tibalah pada jam pelajaran ke 6-7
Biologi. Seperti biasa yang dilakukan guru Biologi, dia masuk on time!. Namun, pada waktu guru
Biologi sudah berada dikelas, dia lupa untuk memeriksa tugas yang diberikan.
“susah payah
kubuat pr tersebut, hanya dilupakan dengan begitu gampang”. *dengan nada
kesal*.
Ternyata
teman sebangkuku mendengar hal tersebut.
*sambil menertawakan aku* “hahahaha… kamu sih terlalu rajin.” *bisik
Claudia kepadaku*.
Kamipun melanjutkan materi yang diberikan sang guru.
Trrriiiinggg
…. Trriiiiinnggg …. Bel pulang sekolah berbunyi dengan kuat. Seperti biasa
semua siswa-siswi berhamburan keluar kelas seakan-akan baru keluar dari
penjara. “Biarlah, tak peduli dengan mereka.”
*desahku dalam hati.*
*dirumah* Jika sore hari
telah tiba seperti biasa badanku sudah terasa lelah, dan tidak bersemangat
lagi. Namun, aku harus melawan rasa malas tersebut dan akupun langsung mandi
untuk menghilangkan rasa malasku.
Malam minggu, seperti biasa
aku hanya berada dirumah. Hanya rasa bosan yang selalu setia menemani. “Parasku
memang pas-pasan, tidak terlalu cantik dan tidak juga terlalu jelek. Namun,
kenyataannya samapai saat ini aku belum mempunyai seseorang yang aku sayangi
(pacar). Entahlah, semenjak kelas IX SMP aku tidak berniat untuk berpacaran
karena pada saat itu aku harus serius belajar supaya bisa lulus ujian nasional
dan sampai sekarang aku belum menemui seseorang yang bisa menjadi pacarku.” *untaian
kata tersebut tersusun rapi dalam hatiku.*
Kuhabiskan malam mingguku
dengan bersantai, membuang-buang waktu, dan satu hal yang selalu kulakukan
mendengarkan lagu galau. Mengenai percintaan, entah mengapa aku
selalu saja kalah dibandingkan teman-temaku yang lain.
“jalan-jalan dengan kekasihku tercinta @Mantos (Manado town squer)”
*sembari kumembaca status di jejaring social facebookku.*tiba-tiba saja aku
merasa bosan dengan status-status facebook yang kubaca, karena isinya mengenai
malam minggu yang begitu romantis.* “kapan yaa, bisa seperti itu??” pintaku dalam hati.
Malam mingguku berakhir
kelabu.
Setiap hari minggu aku
sudah terbiasa masuk gereja malam, jadi aku sudah mengatur kegiatan apa saja
yang akan kulakukan. Sore hari datang begitu awal menjemput kesendirian, namun
tak ada sedikitpun kegiatan yang kulakukan. Kebiasaan yang begitu buruk untuk
dicontohi.
“Entah
apa yang kurasakan???” aku bertanya pada diriku sendiri.
Sebentar lagi aku akan
masuk gereja, aku akan mengikuti Misa malam.
*Di gereja* “pikiranku
melayang, aku berusaha untuk memfokuskan pikiranku pada perayaan Ekaristi.
“Apa yang
sedang terjadi denganku???” tanyaku dalam hati.
Aku berusaha untuk
menenangkan hati dan pikiranku, kemudian melanjutkan kembali perayaan Ekaristi.
Namun, tiba-tiba saja pandanganku tertuju pada seorang laki-laki yang sudah tak
asing lagi . “dia… laki-laki itu, laki-laki yang kulihat hari jumat kemarin.” Ujarku
dalam hati *sambil tersenyum*
Dan ternyata yang duduk
disebelahnya adalah temanku, Meggy namanya.
“Yess,
thankyou God. Akhirnya aku bisa mengetahui namanya lewat temanku.” Kataku dalam
hati.
Perayaan Ekaristi selesai
tepat pukul 19.30. akupun langsung menghampiri Meggy, dan laki-laki itu berada
dekatnya.
“Meggy… kok
baru kelihatan ??” *sambil melambaikan tangan*
“Hahaha… nggak tuh.” Jawab Meggy singkat.
Akupun melihat kearah
laki-laki tersebut sambil tersenyum “Selamat hari Minggu yaa…” sapaku pada lelaki tersebut.
“Ya ellaaahh ke aku enggak??*
sambung Meggy *dengan raut wajah cemberut* “ya ampuuunn … iya
deh, selamat hari minggu ya Meggy” *sambil tersenyum lebar*
Lelaki itupun
menjawab “ohh. Iyaa, selamat hari minggu juga yaa. Oh iyaa, kita belum kenalan. Siapa namamu??.” Waduuhh... Perasaan dihati tak menentu, sampai-sampai aku
tidak bisa berbicara. Hahahaha. “ohh. Iya.iya, namaku Beatrix eka Saputri.”
*sambil tersenyum paksa*
“waduuhhhh
panjang banget ya?? Terus panggilnya apa?. Tanya lelaki itu bingung. “hahhahaha … putry aja,
kalau Beatrix nama Sekolah. Terus nama kamu siapa??” "okedeh. Namaku Billy
Rewah, panggil saja Billy.” *tersenyum manis*.
Hahaha akhinya
kudapat namanya. Billy, nama yang menarik. Kataku dalam hati. Billy kelihatan
anak yang rajin ke Gereja, aku jadi malu dengan diriku, yang sangat malas untuk
ke gereja.
“oh iya,
terus sekarang kelas berapa??” tanyaku cepat.
“aku masih kelas IX SMP” jawab Billy.
“ohh.. iyaa deh. Berarti kamu adek kelas aku dong?? Aku masih kelas X
SMA. Hhehe.” *sembari tertawa*
Aku tak
menyadari kalau Meggy dari tadi menjadi penonton setia saat kami berkenalan
tadi. “Meggy, maaf yaa. Nggak bermksd ngacangin kamu” kata Billy. “iya Meggy” sambungku.
“nggak apa-apa kok, kalian kan belum kenalan, kalo udah kenalan kan
lebih bagus!” jawab Meggy pelan.
Karena besoknya aku harus sekolah,
terpaksa penjumpaan malam ini harus diakhiri. Padahal aku masih ingin bercerita
banyak dengan Billy, tapi sudahlah. Aku berharap dilain waktu bisa bercerita
kembali dengannya. Aku senang bisa mengenalnya dan itu semua berkat Meggy, kalau tidak ada
Meggy mana mungkin aku mengenali Billy. Aku masih tidak percaya kalau
secepat ini aku bisa mengenalnya.
“Meggy… aku
pulang dulu ya, nggak mau lama-lama soalnya besok aku masuk sekolah. Kamu udah
mau pulang Gy??” tanyaku. Balas Meggy “ohh. Okedeeh. Oh aku dikit lagi mau pulang. Hati-hati
dijalan yaa.” *tersenyum*. “oke deehh, aku duluan yaa.. daahh Meggy, daahh
Billy” *sambil melambaikan tangan dan bergegas pergi*
Disaat perjalanan
pulang menggunakan mikrolet aku berpikir
“Aku harap Billy bukan pacarnya Meggy, karena dari raut wajah Meggy agak
cemberut saat aku berkenalan dengan Billy, dan yang kutahu juga kalau Meggy
sudah mempunyai pacar” bisikku dalam hati.
Untung besok mata
pelajarannya nggak terlalu membebaniku, jadi malam ini aku hanya mengatur jadwal
dan bersantai, seperti biasa mendengarkan lagu galau.
Kau hancurkan aku dengan sikapmu,
tak sadarkah kau telah mennyakitiku… lelah hati ini meyakinkanmu… cinta ini
membunuhku. Tiba-tiba saja nada dering smsku berbunyi
“Selamat
malam. Ini Putry??”
sebuah pesan singkat dari nomor yang tak kukenal. Akupun langsung membalas
pesan singkat tersebut. “Malaaam.
Ohh iyaa. Ini siapa?? Terus nomorku dapat dari siapa?” balasku. “Ini Billy, aku minta sama
Meggy nomor kamu. Nggak apa-apakan ??”
“Oh. Billy, hahah. Nggaklah. Ngomong-ngomong ada perlu apa yaa ?”
Send. Akupun mengirim pesan singkat tersebut.
Dalam hatiku, aku sangat senang. Perasaan hatiku diselimuti oleh sebuah rasa
yang tak dapat kujelaskan. Apakah setiap wanita merasakan hal yang sama ketika
dekat dengan orang yang mereka suka?. Entahlah!.
“nggak. Aku
hanya ingin smssan aja. Emang nggak boleh gitu?” balasnya *menggunakan emoticon
sedih*
“hmmm.. nggak apa-apa lagi. Aku seneng kok kamu sms. Akukan Cuma
binggung aja, nggak ada angin nggak ada hujan seseorang yang baru kukenal
smssan denganku. Hahaha”
Hari demi hari aku
lewati dengan perasaan bahagia, walaupun yang kutahu kita hanya sebatas teman
tidak menutup kemungkinan kite akan bersama “jadian”. Setiap malam sekitar
pukul 21.30 kita ketemuan, dan tempatnya tepat didepan rumahku. Perasaan takut,
dag dig dug karena takut akan ketahuan orangtuaku, tapi aku selalu berusaha dan
berharap kejadian itu takkan pernah terjadi.
31 January 2012,
tepat pukul 22.00 Billy menelponku. Percakapan kita ditelpon penuh dengan
basa-basi yang tak jelas apa yang sedang kita bicarakan. Perasaanku takkan
keliru, pikirku dia akan “menembakku”, dan tentu saja, dia melakukannya.
“aku rasa sudah cukup banyak basa-basiku
padamu, kuharap kamu takkan pernah bosan dengan semua hal yang kulakukan
padamu. *dengan nada serius* “aku rasa
basa-basimu dari dulu sampai sekarang nggak banyak, tambah dong…” *pintaku* “ahh, jangan gitu dong akukan lagi serius bicaranya!!! *nada sedih*
“cupcupcup… jangan nangis yaa dek, nanti dibeliin kue, mauu yaa??”
*ejekku* “terserah deh.
Aku pengen ngomong sesuatu tapi apa-apaan sih kamu susah banget diajak ngomong
serius.” *nada suara kasar*
“santai
aja dong akukan Cuma bercanda, lagi pula sejak kapan kamu suka ngomong serius?
Lama-lama basa-basi kamu bubasir deh. Malas gue dengernya” *datar*
Billy langsung
memotong pembicaraanku.
“sejak
minggu lalu perasaan itu muncul, tolong jangan salahkan aku jika aku sekarang
benar-benar mencintaimu. Kau yang tega membuat pikiranku kacau, kau selalu
berlari-lari dipikiranku dan selalu saja aku memikirkanmu. Tolong, tolonglah
aku jangan kau melakukan dengan cara seperti ini, cara ini cukup menyiksaku
mencintaimu dari jarak jauh.”
“Billy, kamu
baik-baik ajakan. Kamu bener-bener sayang ama aku?. Tenang aja jawabku.
Aku nggak lari kemana-mana kok. Aku
emang sayang ama kamu, sebelum kita saling mengenal aku udah mulai punya rasa
itu, entah rasa apa, namun aku berusaha menikmati rasa itu. Aku juga sayang
kamu Bil.” *kuucapkan dengan lembut*
Walaupun aku dan Billy hanya jadian melalui
telpon seluler, tapi aku memintanya untuk “menembakku” secara langsung.
Billypun menyetujuinya, aku memintanya untuk “menembakku” secara langsung
besok.
Welcome February, tepat
tanggal 1 February hal yang kuharapkan terjadi, aku dan Billy “jadian “ tentu
saja, bagaimana tidak kita berdua saling memahami dan mengenal satu sama lain
lebih dalam. Billy masih kelas IX SMP, namun tak mengurungkan niatku untuk
menyayanginya dengan tulus, dia juga tidak kekanak-kanakan sifatnya.
Keseharianku berlalu dengan canda tawa dengannya, harapanku hanya satu berharap
Billy akan menjadi yang terakhir dan selalu bersamanya. Rasa sayangku padanya
makin hari makin menjadi-jadi. Kita selalu berdua selalu berusaha supaya dapat
menjalin kepercayaan satu dengan yang lain, berusaha untuk setia, untuk tidak
menjadi sosok yang egois, dan saling mengalah.
Ketika kami sudah
genap 2 minggu jadian, masalah silih berganti datang dan mulai menggoyahkan
kepercayaan kita berdua. Sesuatu hal yang baru pasti akan terjadi. Malam itu
didepan rumahku, saat orangtua dan adikku sedang keluar rumah. Aku dan Billy
janjian untuk bertemu. Tepat malam minggu, Billy datang dengan motor maticnya.
“lalu? Apa maumu? Haruskah aku menyesal telah memilihmu?. Jangan kau
cari alasan untuk memarahiku Jika telah ada wanita lain yang mampu membuatmu
lebih sabar dan bisa membuatmu tersenyum. Pergilah!. *ucapku kasar
sambil menatap matanya*
“aku
menyanyimu sayang. Maafkan kata-kataku tadi, aku mungkin terlalu sayang hingga
aku tak ingin seorangpun datang mendekatimu.” *sambil menatapku, tapi aku hanya
memalingkan wajahku* “apakah
harus secepat ini kita akan berpisah? Aku masih terlalu sayang padamu, aku tak
ingin kau mengaturku sesuka hatimu, aku ingin seperti wanita lain yang dekat
dengan siapapun dan akan tetap setia pada satu hati, padamu.” *tersenyum
tipis* “Putry, Aku terlalu takut untuk kehilanganmu. Aku menyayangimu,
mengertilah perasaanku.” “baiklah,
jangan lagi kau bentak-bentak aku sesukamu yaa. Aku tak mau lagi jadi tempat
amarahmu. Aku juga menyayangimu. Besok bisakan kita masuk gereja sama-sama?” “iya. Nanti kujemput
yaa?”
“nggak usah. Aku nanti pergi bareng
Feybe”
“kok gitu
sih. Hmm. Iyaiya deh, nanti smssan ya sayang. Jangan lupa makan”
“okedeh.
Dadahh sayang, hati-hati ya, jangan cepet-cepet bawa motornya.” *sambil
tersenyum dan memegang tangannya*
“dadah
sayang, selamat malam”
Kayaknya aku
harus ganti deh nada smsku kan aku udah punya pacar. Aku mengganti nada smsku dengan lagu yang
liriknya seperti ini.
Bersama
aku merasakan sperti orang yang paling istimewa, bagiku hanya kau yang terindah
diantara bunga-bunga itu, bagiku kaulah segalanya. Akupun mengatur lagu tersebut sebagai nada smsku, Kebetulan di Hpku tertulis no name pada
judul lagu, jadi aku nggak tahu apa judul lagu itu dan siap yang
menyanyikannya. Tak lama Hpku bunyi dengan lagu yang telah ku setting tadi.
Ternyata pesan singkat tersebut dari Billy, setelah ketemuan kita melanjutkan
dengan smssan, kadang-kadang juga Billy menelponku tapi kita lebih sering
smssan. Keesokkan harinya aku dan Billy masuk gereja bersama, kami masuk Misa
malam seperti biasanya.
Perjalanan
cintaku dengan Billy selalu berjalan mulus, walaupun setiap malam kita sering
marah-marahan tapi tak pernah marah-marahan yang bisa mengakibatkan kata
‘putus’ keluar dari mulut kita. Disekolah aku tak marasa terganggu dengan
‘pacaranku’ karena aku selalu berusaha serius belajar saat disekolah. Pada saat
kegiatan belajar dan tidak ada guru yang masuk, guru piket sering memberikan
tugas, tapi pikiranku selalu saja terbayang tentang Billy. Karena saya
mempunyai teman-teman yang baik mereka selalu mengingatkanku untuk membuat
tugas, apalagi teman sebangkuku Claudia dia sangat baik.
Seperti yang
kita ketahui bersama bahwa bulan April akan dilaksakan Ujian Nasional dari
jenjang pendidikan SMA, SMP, samapai SD. Setelah SMA selesai UN minggu
selanjutnya SMP. Aku sebagai seseorang yang pernah melewati masa SMP terlebih
khusus masa UN, aku tahu persis bagaimana aku harus membagi waktuku dengan
baik. Dan akupun memutuskan untuk membatasi jarak kita berdua, aku ingin Billy
dapat berkonsentrasi dengan UN yang akan dihadapinya. Namun, Billy susah untuk
mengerti apa yang kumaksud, Billy
beranggapan kalau aku telah mempunyai pacar baru selain dia. Telah
kucoba untuk memberikan penjelasan yang lebih terperinci lagi, kenyataannya tak
bisa, Billy tak mempercayaiku, sulit membuatnya percaya padaku.
Memasuki
bulan april hubunganku dengan Billy diambang keputus-asaan, aku binggung, tak
tahu lagi apa yang seharusnya kulakukan. Aku takut, aku takut sesuatu yang tak
ingin terjadi, akan terjadi pada hubunganku dengannya. Kita (mungkin) belum benar-benar
putus, hanya saja kita saling diam. Aku bukan egois, tapi mungkin ini
yang terbaik untukku dan Billy. Aku merasa sangat bersalah padanya, mungkin aku
yang keterlaluan memperlakukannya seperti itu, semua ini kulakukan untuk
kepentingannya tapi, Billy belum bisa memahami. Entah sampai berapa lama lagi
hubungan ini diam seperti benda mati. Aku merindukannya, merindukannya saat
kita bersama, saat kita sedang marah-marahan, kurindukan saat-saat seperti itu.
Tak dapat kubendung lagi rasa rinduku padanya, aku ingin segera menemuinya saat
ini juga. Namun keinginanku tak kesampaian, Tuhan tidak mengijinkan aku tuk
bertemu dengannya.
Hari berganti
hari, tanpa kabar dari dia yang kusayang, Billy. Aku takkan tinggal diam dengan
semua ini, aku harus bertindak sebelum aku dan Billy akan benar-benar putus. UN
tingkat SMP akan diselenggarakan besok, yang bisa kulakukan hanya berdoa agar
Billy bisa berhasil. UN berlangsung 4 hari, 4 hari itu telah berakhir namun
Billy belum memberiku kabar. Akupun mulai menyerah untuk mempertahankan rasa
sayangku, bagaimana aku akan mempertahankannya jika dia takkan memperdulikanku.
Bersamamu aku merasakan sperti orang yang paling istimewa, bagiku hanya kau yang terindah
diantara bunga-bunga itu, bagiku kaulah segalanya. Nada smsku, sebelum kubaca aku berharap itu pesan singkat dari
Billy.
“Malam
sayang. Aku kangen kamu, 5 menit lagi aku mau telpon kamu.” Siapa lagi kalau
bukan Billy. 5 menit kemudian
“hallo, aku
kangen kamu, apakah kau baik-baik saja? Aku sudah mulai gelisah tanpa kabar
darimu” *tanyaku melemas*
“maaf yaa
Sayang aku sengaja tak memberi kabar karena kau yang memintanya bukan?. Kau
menyuruhku untuk fokus pada saat UN, aku tak membalas pesan singkatmu karena
yang kau katakan ada baiknya juga. Kesalahankku, aku terlambat memahami
semuanya” *nada sedih*
“kalau
akhirnya kamu sadar nggak apa-apa” jawabku
“oh iya.
Sayang sesudah SMP aku akan melanjutkan SMA di Kakaskasen, sekolah seminari.
Aku ingin menjadi seorang Pastor. Bagaimana pendapatmu sayang?” tanyanya.
mataku mulai berkaca-kaca. Aku terdiam membisu, Billy menunggu
jawabanku. Aku tak mau, aku takut, aku binggung, bagaimana jadinya diriku ini.
Hancur, airmataku ingin cepat-cepat keluar dari mataku, aku berusaha menahan
airmataku, aku tak mau terlihat lemah didepannya.
“Sayang. Kau
serius?? Aku masih tak mengerti. Memang benar, manusia yang berencana tapi
Tuhan yang akan memutuskan, kukira kita akan selamanya, karena aku begitu
mencintaimu dan aku berharap kaupun begitu padaku, aku tak pernah ragu padamu
karena kita mempunyai agama yang sama” *aku terus bertanya*
“maaf
sayang, kau telah membantuku memilih masa depanku. Aku ingin menjadi Pastor dan
kuberharap kau akan mendukungku. Sayang, jangan salahkan Tuhan Dia telah
mengatur semua ini dengan begitu indah.”
“baiklah.
Aku akan mulai terbiasa tanpa, menjauhlah dariku agar aku tak tersakiti lagi.”
“sayang, aku
tak ingin semua ini terjadi, aku begitu menyayangimu tapi aku tidak bisa terus
bersamamu. Setelah UN SMP 2 hari kemudian aku mengikuti tes diSeminari, dan
hasilnya aku lulus dengan nilai yang begitu memuaskan. Sejak saat itupun aku
tak berani mengguncang keinginanku untuk menjadi seorang Pastor.”
Percakapan malam
itu berlangsung begitu lama. Aku akan merindukannya, sangat merindukannya.
Dikamar airmataku mengalir terjun bebas dikedua pipiku. Mengapa harus aku yang
merasakan kesakitan ini. Apa yang sedang terjadi padaku, aku belum mengerti.
Apakah
setiap perjumpaan harus ada perpisahan??. Billy akan masuk Seminari
setelah pengumuman kelulusan SMP. Takut rasanya berada jauh darinya. Aku tak
tahu apa yang akan terjadi tahun-tahun mendatang saat Billy telah menjadi
Pastor. Airmataku semakin menjadi-jadi. Akupun tertidur dengan mata yang lebam
akibat terlalu banyak airmata yang keluar.
Seminggu
kemudian, saat ku sedang online jejaring social facebook, Billy menelponku.
Billy menyuruhku untuk membuka akun facebooknya, diapun memberikan e_mail dan
passwordnya. Akupun membuka akun facebooknya, apa yang kutemukan?? Aku membuka
pesan, dan membaca semua pesannya dengan seorang perempuan bernama Roje Pangouw
teman sekelasnya. Ternyata saat aku masih ‘jadian” dengan Billy, Billy mencari
kesenangan dengan orang lain, Billy mendua dengan Roje. Pada saat itupun airmataku
tercurah, mengapa saat aku benar-benar menyayanginya dia melakukan semua ini.
Rancangan Tuhan begitu menyakitkan untukku, andai saja kubisa memilih aku akan
memilih untuk tidak mengetahui semua ini. Sakit, sakit hatiku,
seakan-akan hancur berkeping-keping. Aku marah, aku ingin marah padanya tapi
entah mengapa aku tidak bisa. Saat kita bertemu kita berbicara seakan-
akan semua kejadian yang menyakiti hatiku
telah usai, Billy tak berani membahasnya, dia telah meminta maaf padaku dan aku
telah berusaha memaafkannya namun, melupakan hal terburuk yang pernah dia
lakukan sulit untuk kulupakan. Sampai aku selesai membuat cerpen inipun
hubunganku dengan Billy ‘gantung’ tak ada yang berani mengeluarkan kata putus,
karena yang kutahu pasti aku dan Billy masih saling menyayangi. Kita
masih sering smssan dan menggunakan kata ‘sayang’ tapi, kata sayang itu sudah
tidak mempunyai arti lagi.
Hari-hariku kembali
normal, namun semua yang membekas diotakku akan menjadi kenangan yang paling manis,
karena dari semua laki-laki yang pernah singgah dihatiku hanya Billy yang mampu
membuatku bahagia dan selalu merasa tenang jika aku berada didekatnya. Apapun
yang kupilih itulah yang akan kujalani dan aku selalu mensyukuri setiap
kejadian yang terjadi dalam hidupku karena apa yang terjadi saat itu takkan
pernah terulang kembali.
“Selamat
malam. Ini Putry??”
sebuah pesan singkat dari nomor yang tak kukenal. Akupun langsung membalas
pesan singkat tersebut. “Malaaam.
Ohh iyaa. Ini siapa?? Terus nomorku dapat dari siapa?” balasku. “Ini Billy, aku minta sama
Meggy nomor kamu. Nggak apa-apakan ??”
“Oh. Billy, hahah. Nggaklah. Ngomong-ngomong ada perlu apa yaa ?”