BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang di konsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak di gunakan lagi. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, di bedakan antara gizi kurang, baik, dan lebih berkaitan juga dengan keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. Dalam penilaian status gizi terbagi menjadi dua bagian yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Dalam penilaian status gizi salah satunya yaitu dengan metode pemeriksaan secara klinis.
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Penilaian status gizi perlu dipertimbangkan dalam memilih metode penilaian status gizi yang meliputi tujuan, unit sampel yang diukur, jenis informasi yang dibutuhkan, tingkat reliabilitas, dan akurasi yang dibutuhkan. Dalam penentuan status gizi secara klinis terdapat pembagian pemeriksaan yaitu riwayat medis dan juga pemeriksaan fisik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penilaian status gizi secara klinis?
2. Apakah factor-faktor yang mempengaruhi status gizi?
3. Bagaimana tanda dan gejala akibat kekurangan gizi?
4. Apa saja kelemahan dan kelebihan dalam penilaian gizi klinis?
1.3 Tujuan
2. Mengetahui apa saja factor-faktor yang mempengaruhi status gizi
3. Mengetahui tanda dan gejala beberapa gangguan akibat kekurangan gizi.
4. Mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam penilaian gizi klinis.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Penilaian Status Gizi Secara Klinis
Penilaian status gizi secara klinis merupakan metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya digunakan untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
Salah satu metode penilaian status gizi secara langsung, secara umum terdiri dari dua bagian yaitu :
1) Riwayat medis / riwayat kesehatan
Merupakan catatan mengenai perkembangan penyakit dalam riwayat medis kita mencatat semua kejadian yang berhubungan dengan gejala yang timbul pada penderita beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Catatan kita haruslah meliputi
✓ identitas penderita secara lengkap,
✓ riwayat kesehatan saat ini,
✓ riwayat kesehatan masa lalu yang berkaitan dengan penyakit saat ini,
✓ riwayat kesehatan keluarga yang berkaitan,
✓ data lingkungan fisik dan sosial budaya yang berhubungan dengan gizi,
✓ data-data tambahan yang diperlukan misalnya adalah riwayat alergi terhadap makanan, jenis diet dan pengobatan yang sedang atau pernah dijalani pasien,dll.
Data-data tersebut dapat dikumpulkan melalui wawancara dengan penderita dan keluarga.
2) Pemeriksaan fisik
Yaitu melakukan pemeriksaan fisik dari kepala sampai ujung kaki untuk melihat tanda-tanda dan gejala adanya masalah gizi. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui teknik :
✓ Inspeksi atau periksa pandang,
Inspeksi adalah proses pengamatan dengan menggunakan mata ( periksa pandang ) inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda – tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik. Inspeksi dilakukan secara terperinci dan terfokus pada ukuran, bentuk, posisi, kelainan anatomis organ, warna, tekstur, penampilan, pergerakan dan kesimetrisan. Mulailah melakukan inspeksi saat bertemu dengan klien, amati dari hal – hal umum kemudian ke hal – hal khusus.
✓ Palpasi atau periksa raba,
perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan.
digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk, konsistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan kelainan dari jaringan / organ tubuh.Merupakan tindakan penegasan dari hasil inspeksi, disamping untuk menemukan yang tidak terlihat.
✓ Perkusi atau periksa ketuk
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara.
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan.
✓ Auskultasi atau pemeriksaan menggunakan stateskop
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
2.2 Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
a. Faktor langsung
1) Konsumsi Pangan
Penilaiann konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan merupakan cara pengamatan langsung yang dapat menggambarkan pola konsumsi penduduk menurut daerah, golongan social ekonomi dan social budaya. Konsumsi pangan lebih sering digunakan sebagai salah satu teknik untuk memajukan tingkat keadaan gizi .
2) Infeksi
Penyakit infeksi dak keadaan gizi anak merupakan 2 hal yang saling mempengaruhi. Dengan adanya infeksi, nafsu makan anak mulai menurun dan mengurangi konsumsi makanannya, sehingga berakibat berkurangnya zat gizi ke dalam tubuh anak.
b. Faktor tidak langsung
1. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan sangat menentukan bahan makanan yang akan dibeli, pendapatan merupakan factor yang penting untuk menentukan kualitas dan kuantitas makanan, maka erat hubungannya dengan gizi
2. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan. Status gizi memegang peranan yang sangat penting dalam penggunaan dan pemilihan bahan makanan dengan baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang seimbang.
3. Besar Keluarga
Besar Keluarga atau banyaknya anggota keluarga berhubungan erat dengan distribusi dalam jumlah ragam pangan yang dikonsumsi anggota keluarga. Besarnya keluarga akan menentukan besar jumlah makanan yang dikonsumsi untuk tiap anggota keluarga. Semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin sedikit jumlah asupan zat gizi atau makanan yang didapatkan oleh masing-masing anggota keluarga dalam jumlah penyediaan makanan yang sama.
2.3 Tanda dan Gejala Akibat Kekurangan Gizi
Tanda dan gejala beberapa gangguan akibat kekurangan gizi
1. Kekurangan energi protein (KEP)
Tanda dan gejalanya yang dibedakan antara kwashiorkor dan marasmus. Tanda dan gejala kwahasiorkor adalah pembengkakan kaki dan tangan, wajah sembab, otot kendur rambut kemerahan dan mudah putus, muka seperti bulan, tanda dan gejala marasmus adalah berat badan kurang menurut umurnya, muka seperti orang dewasa, kulit keriput, rambut berwarna kemerahan dan agak jarang, kelihatan sangat kurus dan tinggal tulng, diikuti dehidrasi.
2. Kekurangan vitamin A (KVA)
Tanda dan gejala buta senja (pada senja hari kemampuan melihat berkurang), Xerophtalmia (kelainan pada mata)
3. Kurang besi (anemia)
Tanda dan gejala seperti cepat lelah, napas pendek, denyut jantung kencang, susah buang air besar, nafsu makan kurang, kepala pusing, mata berkunang-kunang, serta pucat pada wajah, bibir, telapak tangan, telapak kaki, kuku, dan lipatan pelupuk mata sebelah dalam.
4. Kurang iodium
Tanda dan gejala seperti pembesaran kelenjar gondok, ganggun pertumbuhan fisik, hambatan mental, bisu-tuli/ kurang vitamin C, gusi membengkak, kemerahan, mudah berdarah bila ditekan
5. Kurang vitamin B12
Tanda dan gejala seperti bibir pecah-pecah, sudut bibir luka sobek, kulit sekitar hidung yang kering dan kasar berbintik-bintik, kornea mata banyak terdpat urat darah halus
2.4 Kelemahan dan kelebihan Penilaian Klinis
❖ Kelemahan-kelemahan dalam penilaian klinis yaitu:
❖ Gejala yang tidak spesifik
Gejalah defisiensi suatu nutrient sering samadengan defisiensi nutrient yang lain. Contoh: angularstomatis merupakan gejala defisiensi dan riboflavin, niasin, biotin, B6, atau Fe.
❖ Tanda-tanda fisik ganda akibat ada defisiensi nutrien yang lain. Contoh defisiensi folat diinduksikan oleh defisiensi vitamin B12 akibat penurunan aktivitas metionin sintetase (aktivitasnya membutuhkan metilkobalmin dalam siklus metilasi)
❖ Gejalah dua arah (defisiensi atau perbaikan)
Contohnya yaitu: hepatomegaly merupakan tanda PEM atau PEM dalam masa penyembuhan
❖ Tidak konsisten dalam pemeriksaan
Contohnya yaitu pemeriksaan yang belum berpengalaman menyatakan suatu gejala itu ringan, namun oleh pemeriksa yang sudah berpengalaman menyatakan berat.
❖ Penyakit dengan etiologi yang sama namun pola gejalanya berbeda pada tiap penderita oleh karena adanya:
a. Faktor genetik
b. Level aktivitas
c. Lingkungan
d. Pola makan
e. Umur
f. Derajat dan kecepatan timbulnya malnutrisi
Contoh : defisiensi vitamin D pada anak-anak gejalanya adalah riketsia sedangkan papa orang dewasa gejalanya adalah osteomalasia
❖ Kelebihan dari penentuan status gizi secara klinis yaitu:
a. Relative murah
b. Tidak memerlukan tenaga khusus
c. Sederhana, cepat dan mudah diinterpretasikan
d. Tidak perlu memerlukan peralatan yang rumit
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Penilaian status gizi secara klinis merupakan metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat dan digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit. Riwayat medis dan pengujian fisik merupakan metode klinis yang digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda (pengamatan yang dibuat oleh dokter) dan gejala-gejala (manifestasi yang dilaporkan oleh pasien) yang berhubungan dengan malnutrisi
2.2 Saran
Kita perlu mengetahui dan mengembangkan pengetahuan menenai gizi dan juga cara penilaian status gizi tersebut, berbagai cara dalam menilai status gizi salah satunya yaitu metode pemeriksaan klinis yang merupakan metode penting dalam menilai status gizi yang dapat mengukur derajat kecukupan gizi suatu Negara.
DAFTAR PUSTAKA
Digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-galihahmad-5187-3-bab2.pdf
Lontar.ui.ac.id/file?=digital/122525-S%205254-faktor-faktortinjauan%20literatur.pdf
Yuniastuti, Ari. 2008. Gizi dan Kesehatan. Graha Ilmu: Yogyakarta
I Dewa N.S, Bakri .B, dan Fajar Imnu. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran. EGC: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar